PATROLINEWS.COM, Tapsel – Menyahuti aspirasi rakyat terkait ketidakhadiran listrik selama 40 tahun di daerah Sihitang, Padangsidimpuan Tenggara, Ketua Komisi D DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan langsung membawa petugas PLN ULP Padangsidimpuan Kota menjumpai warga Sihitang Lombang Kelurahan Sihitang Padangsidimpuan Tenggara, Sabtu (19/01/2019).
Hal itu dilakukan Sutrisno Pangaribuan menindaklanjuti hasil Reses DPRD Sumut yang digelar di Sihitang Dolok, Kelurahan Sihitang Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kamis (17/01/2019) lalu.
Menurut warga Sihitang Lombang jarak rumah-rumah yang tidak teraliri listrik hanya berkisar 300 meter dari jalan raya. Namun sudah 40 tahun PLN tidak memasukkan listrik ke daerah ini kendati permohonan sudah pernah diajukan.
“Saya sudah 40 tahun tinggal di kota ini mulai tahun 1940 tetapi listrik belum pernah kami rasakan. Ada 15 rumah masyarakat yang belum teraliri listrik hingga kini,” ungkap Sabaati Mendrova.
Senada, Natalius mengatakan sudah 40 tahun daerah kami tidak teraliri listrik, selama ini hanya memakai genset saja dan lampu teplok.
“Perbulannya kami habis untuk biaya beli bensin genset 600 ribu perbulan dan setiap hari habis 5 liter, itupun hanya bisa 4 jam saja,” terangnya.
Mendengar penjelasan itu, Petugas PLN bagian jaringan dari ULP Sidempuan Kota mengatakan PLN tidak pernah menolak permohonan pemasangan listrik, apalagi kondisi saat ini PLN sudah surplus daya.
“Pada prinsipnya PLN selalu melayani bila ada permohonan dari masyarakat, namun bila listrik tidak masuk ke daerah ini maka biasanya dikarenakan terbentur masalah izin pembebasan tanah dan pohon untuk pemasangan tiang dan jaringan PLN,” jelas Mansur.
Jadi, lanjut Mansur menjelaskan hasil survey lapangan, nantinya PLN akan memasang 10 tiang listrik agar daerah ini dapat terpenuhi listrik.
“Kami mohon kerjasamanya, agar masyarakat dapat memberikan izin lahan dan pembebasan pepohonan sehingga tidak menggangu aktivitas pemasangan tiang listrik nantinya,” harap Mansur yang bekerja di ULP. PLN Padangsidimpuan Kota.
Perwakilan salah satu warga, Mesra Br. Jai mengatakan karena semua untuk kepentingan umum, penduduk disini sudah bersedia memberikan izin pembebasan lahan untuk tiang listrik.
Melihat kedatangan Sutrisno membawa petugas PLN, Ibu Boru Pasaribu menyampaikan rasa gembira dan apresiasi kepada Ketua Komisi D DPRD Sumut yang langsung merespon keluhan warga.
“Selama ini kami pernah memohonkan agar listrik dimasukkan ke daerah kami, namun itu waktu pencalegkan dan pemilihan walikota pada periode lalu, namun hingga kini tidak terealisasi. Saya sudah 15 tahun tinggal disini dengan memakai lampu teplok dan genset. Dengan kedatangan bapak membawa petugas PLN kami sangat senang. Terima kasih Pak atas bantuannya,” ujarnya.
Ketua Komisi D Sutrisno Pangaribuan mengatakan kalau dihitung pengeluaran warga Rp.600.000 ribu per bulan maka dengan masuknya listrik , pengeluaran itu sudah dihemat.
“Saya mengajak petugas PLN agar turun langsung dikarenakan mereka yang mengetahui teknisnya. Tadi pagi saya komunikasi dengan pimpinan PLN Kota Padangsidimpuan, lalu menugaskan Pak Mansur untuk datang kesini agar listrik bisa masuk segera disini. Jadi nanti Pak Mansur yang menjelaskan apa saja yang harus dan dilengkapi warga,” jelas Sutrisno kepada warga saat mengunjungi daerah yang belum teraliri listrik di Sihitang Lombang.
Mantan Ketua GMKI Kota Medan periode 2003-2005 juga merasa heran melihat kinerja aparat desa yang tidak mampu mengurus daerahnya agar teraliri listrik.
“Sudah puluhan tahun tidak teraliri listrik, tidak mungkin keplingnya dan kepala desanya tidak mengetahui, jadi apa kerja mereka yang tidak mengurusi rakyatnya,” ungkap Sutrisno heran.
Disela-sela kunjungannya di Sihitang Lombang Kelurahan Sihitang Padangsidimpuan Tenggara, Sabtu (19/01/2019), Ketua Komisi D DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan masih menyempatkan diri untuk melihat kondisi rumah seorang janda yang cukup memprihatinkan.
Tempat tinggal Saya Setia (48) tahun dengan tiga anak ini sangat memprihatinkan.
Rumah yang dimilikinya selama ini hanya berukuran 3 meter x 2,5 meter yang terbuat dari dinding papan tanpa cat. Kamar tidur, dapur dan kamar mandi menyatu semua.
“Pekerjaan saya hanya sebagai Penderes karet di kebun orang lain. Sebelumnya, ada informasi dari kepala lingkungan bahwa rumah saya akan ikut dalam program bedah rumah, dan sudah masuk daftar, namun hingga kini sampai 2019 ini, rumah saya juga masih seperti ini saja,” tukas Saya Setia.
Ketua DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan menjelaskan bahwa rumah Saya Setia awalnya sudah di data untuk bedah rumah.
“Heran juga, sudah masuk sebagai calon peserta bedah rumah namun batal, maka nanti akan kita cek masalahnya dimana. Bahkan namanya sudah dikatakan ibu itu tadi menjadi calon peserta bedah rumah. Untuk itu kita akan cek terlebih dahulu permasalahannya, kita akan pastikan kapan akan dibedah,” tukasnya. (Pnc-1)