
PATROLINEWS.COM, Medan – Peringati 3 (tiga) tahun Pasar Aksara terbakar, ratusan pedagang Pasar Aksara menggelar aksi “Bakar 1000 Lilin dan Tutup Mulut” di seputaran eks pagar Pasar Aksara, Jl. Williem Iskandar Kec. Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (12/07/2019).
Aksi yang didominasi kaum ibu bersama anaknya itu tampak menjejerkan lilin yang telah dibakar disepanjang pagar eks Pasar Aksara sembari membagikan borsur tuntutan pedagang ke pengendara yang melintas.
Brosur yang berisikan bertuliskan “Mengenang Kembali 3 Tahun Tragedi Pasca Terbakarnya Pasar Aksara Medan Tanggal 12 Juli 2016” berisikan 3 (tiga) tuntutan yakni :
1. Negara/Pemko Medan tidak mau tahu penderitaan pedagang pasca kebakaran
2. Penampungan korban kebakaran kebakaran hingga hari ini juga belum terealisasi
3. Ada apa dengan Pasar Aksara?
Sembari membagikan brosur kepada para pengendara, pedagang meneriakkan kegiatan ini merupakan “Peringatan 3 Tahun Pasar Aksara Dibakar”.
Dalam kumpulan aksi itu, tampak dihadiri Ketua Komisi D DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan yang diketahui kerap mendampingi perjuangan pedagang Pasar Aksara.
Sementara, Sekretaris Pedagang Pasar Aksara Saut Turnip kepada wartawan mengatakan untuk memperingati 3 tahun Pasar Aksara terbakar maka pedagang memilih melakukan Gerakan 1000 Lilin dan Tutup Mulut.
Aksi itu, lanjut Saut sebagai simbol bahwa semua semua fakta-fakta permasalahan pedagang Pasar Aksara sudah terbuka secara terang, tetapi juga tidak ada penyelesaiannya.
“Jadi lebih baik kita tutup mulut. 12 Juli 2016, pada saat itu cukup menyedihkan, justru Pemko Medan tidak pernah memperhatikan kita, penampungan juga tidak ada. Ini peserta aksi murni dari pedagang yang hendak memperjuangkan hak-haknya. Legal standing mana yang tidak ada, selama 35 tahun tempat ini sudah dikuasai pedagang,” ungkapnya.
Saut berharap agar Pemko Medan membangun kembali Pasar Aksara dan mereka ngotot tidak mau direlokasi ke tempat lain.
“Bila Pasar Aksara tidak dibangun kembali maka kami akan tetap melakukan perlawanan dan akan menggugat Pemko Medan,” tegas Saut.
Saat ditanya mengapa saat menyebarkan brosur kepada para pengendara meneriakkan,”Pasar Aksara Dibakar”, Saut mengatakan ungkapan itu sebagai luapan emosional pedagang.
Walaupun lanjut Saut juga bahwa hasil laboratorium forensik (labfor) penyebab kebakaran Pasar Aksara tidak pernah diberikan kepada pedagang.
“Memang dikatakan dalam pemberitaan bahwa kebakaran Pasar Aksara itu disebabkan arus pendek. Tapi hasil labfornya tidak pernah ditunjukkan buktinya kepada kami,” tukasnya.
Ketua Komisi D DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan saat diwawancarai wartawan mengatakan sudah banyak langkah-langkah yang telah dilakukan pedagang mulai RDP di DPRD Sumut, ke Kantor Staf Kepresidenan, ke Kementerian Perdagangan sampai Presiden Jokowi juga telah menyambangi Pasar Aksara.
lanjut Politi PDI Perjuangan ini, untuk mengatasi persoalan pedagang Aksara hanya sederhana saja yakni dengan membangun kembali lokasi Pasar Aksara yang telah terbakar.
“Jadi tidak ada tuntutan lain, itulah yang kita fasilitasi selama ini. Makanya kita melihat, kalau tidak ada masalah, begitu terbakar itu (Pasar Aksara,red) besoknya bisa dibangun. Tapi faktanya ada pihak yang sengaja mengulur waktu sampai pedagang ini muntah.
Selain itu, Sutrino menjelaskan fakta lainnya, adanya permasalahan kepemilikan lahan Pasar Aksara yang merupakan asset Pemkab Deliserdang.
“Tapi itu gampang saja, Walikota selesaikan permasalahan itu lalu pemerintah pusat akan membangun Pasr Aksara kembali dan pedagang bisa langsung masung. Itu saja, jadi tahun depan kita sudah bisa merayakan masukknya kembali pedagang. Bukan lagi tahun depan merayakan 4 tahun pedagang diterlantarkan, itu saja,” tutup Sutrisno.
Dipenghujung aksi Bakar 1000 Lilin itu juga pedagang meminta Sutrisno Pangaribuan agar menjadi Wali Kota Medan pada tahun 2020.
Aksi damai yang digelar pedagang Pasar Aksara itu berjalan dengan lancar dan tertib tanpa menimbulkan kemacatan lalu lintas. (Pnc-1)