PATROLINEWS.COM,Medan-Cabai merah merupakan penyumbang dominan terhadap inflasi di Kota Medan. Tahun 2019, inflasi Kota Medan sebesar 2,37 % untuk bulan perbulanya, sedangkan tahun ke tahun sebesar 2,43 %. Meski terjadi inflasi namun Kota Medan juga mengalami deflasi sebesar 0,28 %.
Kondisi ini terjadi akibat virus hog cholera yang menyebabkan ribuan babi mati dan banyak dibuang ke sungai, sehingga mengakibatkan masyarakat enggan mengkonsumsi ikan yang berimbas kurangnya minat masyarakat membeli bumbu dapur, seperti cabai merah, bawang merah dan bawang putih.
Demikian disampaikan Kabag Perekonomian Setdako Medan M Nasib usai menghadiri High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut di Gedung Bank Indonesia (BI) Sumut Jalan Balai kota Medan, Rabu (15/1/2020).
Diungkapkan Nasib, Juni 2019, inflasi di Kota Medan sudah mencapai 5,6% dan Sumatera Utara sampai 6,7% namun kemudian mengalami penurunan dan mengalami deflasi sebesar 0,28 %. Penurunan itu, jelasnya, akibat pengaruh banyaknya babi mati yang disebabkan virus hog cholera. “Sudah itu bangkai babi banyak yang dibuang ke sungai, sehingga membuat masyarakat enggan membeli ikan sehingga harga ikan di pasaran anjlok. Harga ikan gembung yang biasanya dijual Rp.30.000-50.000/kg, saat itu tak ada yang mau beli walaupun dijual Rp.10.000/kg,” kata Nasib.
Keengganan masyarakat mengkonsumsi ikan, lanjut Nasib, berimbas dengan menurunnya pembelian bumbu, seperti bawang merah, cabai merah serta bawah putih sehingga menyebabkan terjadinya deflasi. “Kondisi itu secara akumulasi menyebabkan inflasi di Kota Medan yang sempat mencapai 5,6% akhirnya menjadi stabil hingga dipenghujung Desember 2019,” jelasnya.(Pnc-1)